Oleh: demono2009 | Maret 19, 2009

INFO MINGGU INI

bannerinfomingguiniklik

WIRASWASTA:

Rugi Ada Sebabnya Untung Ada Caranya

RUGI atau untung di dalam dunia bisnis adalah hal yang biasa. Namun secara umum tidak ada pengusaha yang bercita-cita untuk rugi. Selalu ingin untung. Namun kenyataannya, banyak juga para pengusaha yang mengalami kerugian. Bahkan berkali-kali.

Sebenarnya rumus supaya untung itu mudah. Yaitu, pemasukan harus lebih besar daripada pengeluaran. namun dalam pelaksanaan tak semudah itu. Oleh karena itu seorang pengusaha yang ingin untung harus pandai memanfaatkan pelkuang dan selalu menghindari kemungkinan terjadinya kerugian. Selalu memantau setiap saat kondisi keuangannya.

Seorang pengusaha yang bermental tahu akan beberapa hal yang menyebabkan kerugian. Antara lain:

-Terlalu percaya kepada rekanan bisnis sehingga boleh bayar belakang. Hal ini selalu dihindari karena berpotensi merugikan.

-Terlalu mudah meminjamkan uang tanpa agunan apapun. Hal ini juga berpotensi memacetkan bisnis.

-Barang yang dipesan tidak sesuai dengan uang panjar atau uang muka

-Pengeluaran yang tak produktif cenderung mengurangi profit

-Tidak mampu mengantisipasi adanya perampokan, pencurian, penipuan dan lain-lain yang berpotensi merugikan.

-Tidak memperhitungkan pengeluaran tetap yang akan datang. Misalnya, biaya perpanjangan kontrak ruko atau tempat usaha

-Dan sebab-sebab lainnya.

Seorang pengusaha sukses harus tahu berapa total moidal yang dikeluarkan, berapa target keuntungan, berapa tahun harus kembali modal, berapa pemasukan perbulan, berapa keuntungan perbulan.

Jika semua hal yang berhubungan dengan siklus keungan atau cash flow dicatat dengan bgaik di pembukuan yang baik, tentu segala kemungkinan datangnya kerugian bisa dicegah.

Prinsipnya sederhana saja, pemasukan harus lebih besar daripada pengeluaran.

Nah, semoga Anda sukses menjadi seorang pengusaha.

HARIYANTO IMADHA

http://www.geocities.com/indodata/Hyt.html

WIRASWASTA:

Enaknya Mengelola Warnet Prabayar

BERMULA dari rasa jengkel. Seringkali ada netter yang ngenetnya cuma Rp 2.000, tetapi membayar memakai uang Rp 100.000. Itu kan sama saja tukar uang. Padahal jaman sekarang tukar uang sulit, kecuali harus beli barang tertentu. Tukar di bank juga tidak efisien karena lokasi warnet saya dan bank cukup jauh.

Akhirnya saya menerapkan warnet prabayar. Caranya, saya mencetak kartu sebesar kartu nama. Di cetak seindah mungkin. Mirip credit card atau kartu ATM. Harganya mulai dari Rp 2.500, Rp 5.000, Rp 10.000, Rp 15.000, Rp 20.000 dan Rp 25.000. Tiap kartu dilengkapi dengan nomor kartu sebagai username dan password.

Begitu mau online, para netter harus memasukkan nomor kartu dan password. Keuntungannya bagi netter yaitu, biaya dihitung per menit. Bukan per 15 menit atau per 30 menit seperti warnet-warnet lain. Di samping itu operator warnet tidak repot-repot mengurusi uang kembalian.

Tentu, di kartu internet ada ketentuan. Misalnya, jika kartu kotor, rusak, hilang, password bocor atau digunakan orag lain, maka itu di luar tanggung jawab warnet. Masa berlaku kartu warnet yaitu enam bulan sejak dibeli.

Bagaimana jika ada yang ingin membeli kartu internet Rp 2.500 atau Rp 5000 tetapi memakai uang Rp100.000 atau Rp 50.000? Ya, langsung saya tolak. Biar mereka cari warnet lain. Biar warnet lain kerepotan mencari uang kembalian.

Apakah dengan cara demikian jumlah yang ngenet di warnet saya menurun? Ternyata tidak. Berdasarkan data yang ada di billing, jumlah yang ngenet justru meningkat.

Justru untuk meningkatkan jumlah yang ngenet, kartu internet itupun berhadiah. Saat itu tiap tiga bulan berhadiah handphone Nokia. Bisnis warnet masih cukup prospek asal dikelola dengan baik dan ditambah usaha sampingan. Misalnya jual minuman ringan, kue-kue kering, jasa pengetikan, jasa pembuatan website, menyewakan VCD/DVD, les komputer, dan usaha sampingan lainnya yang ada hubungannya dengan komputer.

Hariyanto Imadha

E-mail:indodata@yahoo.com

WIRASWASTA:

Mendirikan Lembaga Pendidikan Komputer

Bermodalkan Kain Sprei Bekas

BEKASI 1992. Boleh percaya boleh tidak. Di Bekasi ini, tepatnya di Komplek Perumahan Pondok Hijau Permai, dekat Pintu Tol, Bekasi Timur, saya membuka Lembaga Pendidikan Komputer (LPK) dengan modal awal cuma tiga komputer bekas.

Saat itu komputernya masih versi XT, belum memakai mouse, monitor monochrome dan harddisknya ukurannya kecil sekali namun menggunakan disket besar. Dulu sih keren banget. Tapi jaman sekarang komputer XT sudah jauh ketinggalan jaman.

Kemudian muncul versi AT 286, AT 386, AT 485, Pentium 1 dan seterusnya. Dengan modal tiga komputer bekas itu saya mengajar sendiri, kemudian dalam satu tahun berkembang pesat. saya memiliki 24 karyawan dan 24 komputer. Saya tinggal ongkang-ongkang kaki saja.

Nah, salah seorang instruktur saya juga ingin mendirikan LPK, tapi tidak punya modal. Dia minta bantuan saya. Setelah saya survei di tempat tinggalnya, maka sayapun siap membantu.

Modalnya cukup kain sprei bekas. Berfungsi sebagai spanduk. Isinya menerima siswa baru untuk kursus komputer. Saat itu modalnya nol. Belum punya komputer. Belum punya uang.

Biaya kursus saat itu Rp 30.000. Setelah terkumpul sepuluh siswa, maka terkumpul Rp 300.000. Saat itu harga komputer bekas versi XT Rp 300.000. Dengan modal satu komputer dia mengajar. Satu siswa satu jam. Mulai pukul 07:00 pagi hingga pukul 12:00 mengajar lima siswa. Kemudian mulai pukul 12:00 hingga pukul 17:00 mengajar lima siswa lagi.

Setelah selesai, sepuluh siswa itu meneruskan dan membayar lagi total Rp 300.000. Sedangkan siswa baru ada sepuluh orang dengan nilai Rp 300.000. Dengan uang Rp 600.000 itu instruktur saya membeli lagi dua komputer.

Total murid saat itu 20 orang dengan tiga komputer. Artinya, untuk mengajar 20 siswa butuh waktu tujuh jam masing-masing grup satu jam. Bulan berikutnya 20 siswa itu meneruskan kursus dan ada sepuluh siswa baru. Total dapat uang Rp 900.000 dan dibelikan tiga komputer bekas.

Total komputer enam buah dengan 30 siswa. Dia bisa mengajar dalam waktu lima jam masing-masing kelompok satu jam. Selesai kursus, 30 siswa itu meneruskan kursus dan ada 10 siswa baru. Total ada 40 siswa dengan total biaya Rp 1.200.000 dan dibelikan empat komputer bekas.

Total komputer sepuluh buah dan total siswa 40 orang. Dia cukup mengajar empat jam sehari untuk kelas pagi. Kemudian dia membuka kelas sore untuk 40 siswa baru.

Sayapun memberi nasehat, jumlah komputer cukup sepuluh saja. Selanjutnya semua pemasukan supaya ditabung atau untuk membeli fasilitas penunjang (papan tulis yang bagus, kursi yang nyaman, dll).

Dalam waktu satu tahun LPK-nya telah berkembang pesat. Tahun kedua dia telah memiliki lima orang instruktur dan dia sudah menjadi manajer kursus. Tinggal ongkang-ongkang kaki.

KESIMPULAN:

Bukalah usaha di mana masih memiliki potensi peminat yang masih besar.

Hariyanto Imadha

indodata@yahoo.com

Kategori